PERSPEKTIF: Hakekat Ilmu dan Kebenaran

Sabtu, 6 Mei 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PERSPEKTIF: Hakekat Ilmu dan Kebenaran

Oleh: Teguh Esa Bangsawan DJ, S. Hum

OPINI, BANGSAKU.CO – “Hakekat ilmu sering dikaitkan dengan kata “Kebenaran”. Tetapi kebenaran selalu menjadi Rumit. Bisa saja kebenaran ini tak dibenarkan,” demikian pengantar redaksi yang ditulis Jujun S. Suriasumantri.

Kata kebenaran juga tersirat dalam gerakan Apel Resimen Mahasiswa Hasanuddin Noor yang mengenang kepergian Julius Usman, Bara Nangsiang, 23 Agustus 1966).

Pernahkah anda melihat patung yang termasyhur/dikenal dari Agueste Rodin: seorang manusia yang sedang tekun berpikir?

Dialah lambang kemanusiaan kita, Homo Sapiens (spesies primata), makhluk yang selalu berpikir setiap saat. Dan sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tidak pernah menghabiskan waktunya untuk berpikir.

Sehingga hampir tidak ada masalah yang muncul dalam kehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya. Inilah suatu kelebihan yang jarang kita miliki terkait pemikiran. Bahkan dari soal-soal yang paling remeh (tidak penting) sampai soal-soal paling asasi (pokok).

Dari pertanyaan yang menyangkut kewajiban untuk sarapan pagi, sampai persoalan surga dan neraka yang sampai saat ini belum ada gambaran terkait surga dan neraka di akhirat nanti.

Maka dari berpikir itulah yang mencirikan hakekat manusia, dan karena berpikirlah dia menjadi manusia.

Secara umum berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan pengetahuan. Proses ini memiliki serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.

Gerak pemikiran ini dalam kegiatan sering mempergunakan lambang abstraksi dari objek yang sedang kita pikirkan.

Baca juga:  Opini : Mas Menteri Nadiem Gagas Marketplace Guru, Guru Seperti Barang Dagangan?

Bahasa adalah salah satu lambang proses yang membahas tentang objek-objek kehidupan yang bersifat konkret. Dapat kita pahami secara bersama bahwa proses berpikir tersebut tanpa adanya simbol atau lambang-lambang yang menggambarkan atau mengabstraksikan beberapa fenomena-fenomena gejala kehidupan.

Contohnya dalam matematika memiliki serangkaian lambang yang pada hakekatnya memiliki fungsi yang sama dengan bahasa. Seperti seorang bayi mulai bisa berbicara dan orang tuanya mulai mengajarkan bahasa dan ketika anak itu memiliki cukup usia. Dia mulai diajarkan berhitung dengan mempergunakan angka dan mengajarkan bahasa yang bersifat verbal.

Dan kedua bahasa inilah yang sering digunakan sehingga memudahkan untuk berkomunikasi. Ketika anak itu berumur enam atau tujuh tahun Maka dia pun memasuki sekolah untuk lebih mengenal dan mempelajari bahasa tertulis. Ketika anak itu sudah masuk sekolah mereka diperkenalkan kepada proses kegiatan berpikir secara formal.

Pengetahuan dalam berpikir merupakan istilah seperti obor dan semen peradaban. Di mana manusia telah menemukan jati dirinya dan mampu menghayati hidup dengan lebih sempurna. Adapun faktor pendukung berupa peralatan yang di kembangkan manusia sehingga mampu meningkatkan kualitas hidupnya dengan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya.

Sehingga melahirkan sebuah proses penerapan dan itulah yang menghasilkan kapak dan batu zaman dulu sampai munculnya benda yang dapat memudahkan pekerjaan manusia yaitu komputer. Dan adapun yang sering terjadi dalam pemikiran manusia beragam buah permasalahan hidup yang sudah menganggap seperti makanan sehari-hari mereka dan ini merupakan sebagai sejarah kebudayaannya yang bersifat tampak.

Baca juga:  Opini : Strukturalisme dan Post-strukturalisme

Namun pada Hakekatnya manusia dapat memperoleh pengetahuan, tetapi adapun tiga masalah pokok yang ada dalam manusia yakni: 1. Apa yang ingin kita ketahui 2. Bagaimanakah kita memperoleh pengetahuan? 3. Dan apakah makna atau nilai- nilai pengetahuan tersebut bagi kita?

Secara garis besar pertanyaan ini memang sangat sederhana tetapi ini yang mencakup sebuah permasalahan pokok yang perlu di pecahkan, dari berbagai buah pemikiran yang sangat besar sebenarnya karena ini merupakan serangkaian jawaban yang diberikan atas 3 pertanyaan tadi.

Dalam sejarah kebudayaan manusia ini, bisa dicirikan dan dapat dibedakan dari cara mereka menjawab. Ilmu merupakan salah satu pemikiran dari manusia, baik dalam cara menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

Ilmu juga merupakan salah satu dari ilmu pengetahuan. Dan untuk bisa mencapai, memahami, dan menghargai ilmu sebagaimana mestinya terlebih dahulu kita harus mengerti Apakah Hakekat ilmu itu sebenarnya? Adapun kata peribahasa dari Perancis “mengerti berarti memaafkan segalanya”. Jadi seperti yang kita ketahui bahwa hakekat ilmu bukan hanya meningkatkan ilmu atau meningkatkan apresiasi saja, melainkan membuka mata kita terhadap banyaknya permasalahan-permasalahan yang ada didunia.

Dan ini menjadi sebuah tantangan bagi para pemikir-pemikir besar di luar sana. Banyak yang mendewa-dewakan ilmu yang menurut mereka sebagai sumber kebenaran dan tanpa mengetahui Hakekat ilmu yang sebenarnya. (*)

———
Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Sejarah Pascasarjana Unhas dan MABA Ilmu Filsafat Pascasarjana Universitas Indonesia
——–

Berita Terkait

Refleksi Sinergitas TNI dan Kejaksaan
Opini : Eksistensi Jaksa Pengacara Negara Dalam Sengketa Pilkada di MK
Politik Hukum Penguatan Kedudukan Kejaksaan Dalam Sistem Ketatanegaraan RI
One Stop Solution Percepatan Investasi Daerah Dalam Perspektif Pendampingan Hukum
Opini : Transisi Kekuasaaan Suksesi Presidensialisme
Opini : Quo Vadis Eksistensi Jaksa Pengacara Negara Sebagai Pilar Penegakan Hukum Modern
Opini : Menakar Sosok Jaksa Agung di Kabinet Prabowo-Gibran
Opini : Usai Debat Capres, Hukum harus Tegas

Berita Terkait

Selasa, 20 Mei 2025 - 08:26 WITA

Refleksi Sinergitas TNI dan Kejaksaan

Rabu, 26 Februari 2025 - 13:18 WITA

Opini : Eksistensi Jaksa Pengacara Negara Dalam Sengketa Pilkada di MK

Senin, 30 Desember 2024 - 13:46 WITA

Politik Hukum Penguatan Kedudukan Kejaksaan Dalam Sistem Ketatanegaraan RI

Senin, 11 November 2024 - 10:06 WITA

One Stop Solution Percepatan Investasi Daerah Dalam Perspektif Pendampingan Hukum

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 16:54 WITA

Opini : Transisi Kekuasaaan Suksesi Presidensialisme

Berita Terbaru

Keterangan Foto : Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin saat melakukan pemantauan harga bahan pokok di Pasar Terong, Rabu (4/6/2025). Istimewa

PEMKOT MAKASSAR

Jelang Idul Adha, Wali Kota Munafri Sidak Pasar Terong

Rabu, 4 Jun 2025 - 12:17 WITA