MAKASSAR, BANGSAKU.CO – Siapa yang tak kenal Djusman AR? Pegiat Anti Korupsi yang lama melintang di Ibu Kota Jakarta hingga kembali ke kampungnya Sulawesi Selatan, memilih berwirausaha di Kota Makassar.
Dirinya memilih jalur Peran Serta Masyarakat melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk berperan aktif melawan korupsi. Dengan sejumlah penghargaan yang diraihnya dari Lembaga Penegak Hukum (LPH) dalam hal pemberantasan korupsi di Sulawesi Selatan dan Barat.
Sejumlah kasus korupsi diungkapnya, tak hanya Kabupaten ataupun Kota di Sulawesi Selatan maupun di Sulawesi Barat, bahkan pernah mengungkap kasus Korupsi Rektorat kampus dalam penyalahgunaan PNBP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Teman seperjuangan Mantan Ketua KPK Abraham Samad itu, memilih jalur berwirausaha dengan membuka usaha bernama Kedai Tujuh Belas, di Jalan Anggrek Raya, Kelurahan Paropo, Panakkukang, Kota Makassar.
“Saya memilih berwirausaha karena tidak bersentuhan langsung dengan APBD dan APBN. Kita inikan memposisikan diri sebagai pengawas anggaran APBD (N) dan saya punya keluarga, ada juga kebutuhan jadi kita buka Kedai,” ujar Djusman AR, saat diwawancarai langsung oleh redaksi Bangsaku.co, Kamis (7/3/2024).
“Alhamdulillah saya juga punya anak sementara kuliah S2 di UI dan Unhas, melalui usaha ini saya mampu membiayainya. Ananda kalau pulang kampung atau libur semester seperti baru-baru ini, saya ajak ke Kedai untuk membantu melayani pengunjung,” ungkapnya.
Lanjut Djusman AR, juga bercerita tentang godaan yang dilaluinya seperti menikmati APBD ataupun APBN.
“Bukan bermaksud sesumbar atau sombong. Dengan berbagai rekam jejak saya sebagai pegiat anti korupsi berbekal keilmuan Hukum dan Keuangan. Beberapa kali saya diberikan peluang, kesempatan atau ajakan oleh petinggi eksekutif untuk masuk terlibat langsung misalnya Perumda, baik jadi Direksi ataupun Dewan Pengawas (Dewas), hingga petinggi Parpol banyak mengajak saya masuk Parpol bahkan ada yang menawarkan memimpin perusahaannya namun saya memilih jalan lain seperti ini untuk tetap berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya penyelamatan kerugian keuangan negara dan daerah yang digarong pejabat koruptor,” tuturnya.
“Cukup kita memberi saran kepada adik- adik, teman-teman, kerabat atau keluarga di pemerintahan, yang jadi Kepala Daerah Kabupaten atau Kota, Begitu pula yang menjabat Direksi/Dewas BUMD, bahkan sahabat yang duduk DPR RI, DPRD Provinsi maupun Kota. Kita selalu beri saran untuk mementingkan kepentingan masyarakat, mengingatkan jangan korupsi bahkan kita kritik ataupun melaporkan jika yang dilakukan itu salah,” jelas Djusman AR.
“Kita juga interaktif saling mengingatkan kepada APH baik itu Kejaksaan, Kepolisian dan KPK untuk sama-sama tegak lurus memberantas korupsi. Dan kepada publik atau masyarakat luas silakan awasi saya sebagai Pegiat Anti Korupsi, manakala dikemudian hari ada keliru, ada yang salah dalam langkah-langkah saya, silakan kritik. Kita pun aktivis NGO anti korupsi terbuka untuk di kritik diberi saran, jangan cuman mau mengkritik tapi tidak mau dikritik,” ujarnya.
Bang Djus menjelaskan dua sifat Non Goverment Organization (NGO) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). “Model LSM itukan ada 2. Ada yang sifatnya pemberdayaan, misalnya sosialisasi kebijakan, seminar-seminar, pelatihan-pelatihan. karena programnya pemberdayaan masyarakat, maka bermitra dengan pemerintah, mau tidak mau memakai dana APBD atau APBN sesuai AD/ART lembaganya dan itu bukan hal yang keliru,” ujarnya.
“Sangat berbeda jauh dengan kami NGO Anti Korupsi. Domainnya kita pengawasan terkait penggunaan anggaran, penyalahgunaan kewenangan, penyalahgunaan jabatan, maka logicnya dan konsekuensinya mau tidak mau wajib menjaga jarak dengan pengambil kebijakan yang pada penegasannya tidak terlibat menikmati atau mengelola APBD (N)” jelasnya.
Bang Djus juga tidak pernah tertarik mengejar proyek-proyek pemerintah begitupula untuk masuk partai. Dia merasa sudah enjoy dengan profesi yang dilakoni sebagai pengiat anti korupsi dan penjual kopi serta makanan.
Sesuai dengan garis juangnya yang dijalani dari dahulu bersama rekan-rekannya, Bang Djus sapaan akrab Djusman AR memilih teguh pada prinsip dan kemandiriannya. Bahkan disaat Sahabatnya (Abraham Samad) menjabat ketua KPK sekalipun tidak pernah menemuinya dengan maksud saling menjaga integritas.
“Bahkan Pak Abraham itu pernah menelpon saya waktu menjabat Ketua KPK. Saya ditanya, Kenapa tidak pernah jalan-jalan kesini di Kantor? (Gedung Merah Putih). Saya kan tidak mau mengganggu konsentrasi Pak Abraham itu untuk memberantas korupsi. Jadi selama Pak Abraham menjabat sebagai Ketua KPK, saya tidak pernah ke kantornya itu,” cerita Djusman AR sambil tertawa. Namun pastinya kita saling support dan mendoakan dalam kebaikan.
Diketahui Djusman AR intens menghadiri undangan lintas lembaga dan kampus sebagai pemateri berkait pengelolaan keuangan dan anti korupsi.
Djusman AR yang juga dikenal sebagai Mantan Ketua Forum Mahasiswa Pascasarjana (Macasar) Unhas tak tanggung-tanggung gerakannya dalam melaporkan dan mengawal perkara korupsi, masih menghangat disaat lembaganya melaporkan beberapa pejabat diantaranya Bupati, Walikota hingga Gubernur dan pejabat lainnya pada sektor perbankan.
(trf)